Posts

Aku tiada terburu-buru

Aku tiada terburu-buru Hanya saja aku benci jika ada orang yang mendekatimu Bukan karena cemburu, tapi aku merasa terganggu Tiada gunanya kuungkapkan rasa, Sedang kau sendiri tiada merasa Percuma kumendekatimu, jika langkah kakimu juga perlahan menjauhiku Kukejar jua tak mungkin Biar ku pandangi saja senyummu dari kejauhan Agar rasa yang ingin kutuangkan tiada ketahuan

Antara keinginan dan ketentuan

Engkau adalah jalan yang tak ingin ku tempuh Waktu yang tak ingin ku ulang, serta perertemuan yang tak pernah ku inginkan Entah mengapa semesta memperkenalkan aku dan kamu di hari itu Aku tak tau Waktu begitu panjang untuk kerinduan ini Tak ada yang mampu mengobati luka kerinduan seorang perindu Seandainya engkau ingin kembali, jangan takut untuk menemuiku aku masih di tempat yang sama, tempat dimana pertama kali aku menatap keindahanmu

senja dalam duka

Tak banyak lagi kata yang bisa kusampaikan Bicara seadanya mungkin sudah mewakili beberapa kekecewaan Perlahan ku alihkan pandangan ini Tak sanggup lagi ku tatap senyum mu di sore hari Sebab kata-kata tak ada lagi yang bermakna Percuma saja aku jelaskan Sedikitpun tak pernah kau dengarkan Kini kulepas ragamu ke alam bebas, terbanglah sampai kau puas Tak ada lagi yang mengikat, sebab kau bukan lagi orang dekat.

hanya sahabat

Aku tak kecewa Andai saja tak ku ungkapkan Mungkin aku tak akan tertekan perasaan Namun jika rasa itu terus kupendam Maka kuyakin luka ini makin dalam Sebelum kau berucap Sudah kutebak kata yang akan keluar dari bibir manismu Ya, sahabat  Kata itulah yang terus bersemayam di tempurung kepalaku  Aku akui Ucapanmu itu sungguhlah sederhana Penolakanmu juga cukup bijaksana  Aku tak mungkin benci dengan dirimu, hanya saja aku sedikit kecewa dengan caramu

jeruji materi

Mana mungkin kau mau menerima kekuranganku, sedang dirimu dikelilingi kelebihan yang melebihiku Bisa saja sekarang kau menerima kekuranganku Namun nanti jika aku tak mampu, apakah kau masih bersedia mendampingiku? Tidak mungkin.. Tatap mata orang tuamu sudah memeberi isyarat agar aku tak lagi mendekatimu, sebab keberadaanku Untuk materi sekarang aku sedang diuji  Baju lusuh dan terompah usang masih saja kubawa mencari arti diri  Keberadaan selalu saja menjadi penghalang diantara dua rasa  Seakan Tuhan mengharuskan "Kaya dulu baru menikah"  Mungkin aku mampu memenuhi pintamu, namun tidak dengan orang tuamu

untuk kedua kali

Dik Lebaran ini belum mampu kubawa kau bertemu orang tuamu Jangankan untuk ongkos pulang, untuk penghidupan besok saja aku masih ragu Keadaan memaksa kita untuk tetap tinggal di Deli  Maaf dik, saat ku dampingimu kerap kali kesulitan menimpamu Tiga tahun kita bersama, belum sempat ku penuhi janji yang pernah kusampaikan karena keadaan, hidup denganku kau seakan makin tertekan Makan hati itu pasti, namun mau bagaimana lagi dik..  Melawan kau tak akan berani, sebab aku suami yang wajib kau patuhi Ku tau, makin kau tahan kau makan hati Aku rindu melihatmu bersolek di depan pintu saat menunggu kepulanganku, namun aku tak mampu Saat remaja kau selalu berhias kala senja mulai menyapa Rambut yang dulu tersisir rapi kini tiada lagi kau temui Wajah yang dulu indah kau rias sekarang luntur tiada teratur  Maafkan aku, menyesal-menyesal kau terima hidanganku dik

selamat menua ibu peradaban

Maaf untuk saat ini hanya sebatas syair cinta yang dapat ku untaikan Sebab sampai saat ini aku belum mampu untuk menghalalkan Bait demi bait doa itu masih jua ku panjatkan Tak pernah ada kata bosan Meski kata itu belum jua di ijabah Tuhan Tapi aku yakin suatu saat pasti Tuhan perkenankan Aku hanyalah sebatas hamba Yang selalu memintamu melalui sebait doa Meski aku belum mengenalmu secara dalam Tapi di dalam hati sudah muncul secerca harapan Tentang kita dan masa depan Terima kasih sudah menghiasi sementara walaupun mustahil bagi kita untuk bersama selamanya.