bumi pun tak merestui

Selamat malam

Lembutnya cahaya bulan mengitari bumi yang  penuh kegelapan 
Dengan tenang Ia menyinari semesta dari sembraut dunia kegersangan 

Malam ini langit begitu cerah
Cahaya nya indah dan terarah

bintang yang bertebaran memberi celah seolah - olah ia menyapa sinarnya seraya berkata;

"kembalilah... 
sinarilah semesta yang kian terpecah belah

lihatlah lah hamba yang berkecamuk di muka bumi ini

tak cuma manusia yang mencelanya semesta pun ikut menghinanya

Lantas pada siapa lagi insan yang hina ini mengadu? 

apakah bumi tak lagi menginginkan raganya? 

Atau bahkan semesta sudah menghapus namanya? "

Sekarang ia hidup di hamparan bumi yang tak berpenghuni

Raganya kian hari hancur tak berisi, ia hanya seorang diri menyusuri jalan yang begitu sunyi

Tak ada satu pun yang mengerti bahkan sedikitpun simpati hingga suatu hari terdampar di satu pelosok negri

Wahai jiwa yang selalu di selimuti rasa malu
Mengapa langkah kaki mu begitu kaku

Apakah Karena sifat manusia yang begitu ambigu, mencemooh dan mencibir mu?

Comments

Popular posts from this blog

untuk kedua kali

Antara keinginan dan ketentuan

Aku tiada terburu-buru